Laman

Kamis, 10 Mei 2012

Ekskursi ke Gunung Puntang



            Ekskursi Geowisata dilakukan pada tanggal 29 April 2012 yang dilakukan di Gunung Puntang.  Ekskursi dilakukan bersama mahasiswa-mahasiswi lain yang mengambil mata kuliah ini dan oleh bimbingan dari bapak Budi Brahmantyo selaku dosen mata kuliah Geowisata.
            Perjalanan ke gunung Puntang dimulai dari ITB dengan naik bus pada pukul 07.52 WIB dan sampai di gunung puntang pada pukul 09.40 WIB, berarti perjalanan dari ITB ke Gunung Puntang menghabiskan waktu 1 jam 48 menit. Jalan di Gunung Puntang (yang masih bisa dialalui bus) aspalnya rusak dan berbatu, disekeliling jalan ada banyak pohon Pinus.
            Ada dua jalur yang dapat dilalui jika ingin mencapai gunung Puntang dari Bandung, yaitu lewat Soreang dan Banjaran.
            Tempat yang paling pertama dijumpai disana adalah puing-puing bekas radio Malabar, sebuah radio dengan pemancar kuat pada masanya dan sangat fenomenal dikarenakan antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio memiliki panjang 2 km, membentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter. Sulit untuk dibayangkan bagaimana caranya untuk membangun bangunan sebesar itu dengan menggunakan teknologi yang ada pada masa tersebut.
            Pada bagian dasar lembah, dahulu terdapat suatu bangunan yang cukup besar yang berfungsi sebagai stasiun pemancar yang digunakan untuk mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12000 km. Uniknya, mereka bisa mendapatkan lokasi yang sangat ideal seperti ini, karena arah propagasi struktur antena tersebut memang menuju negara Kincir Angin terebut. Selain itu tempat ini cukup tersembunyi.
Uniknya, stasiun ini adalah murni pemancar, sedangkan penerimanya ada di Padalarang (15 km) dan Rancaekek (18 km). Hebohnya lagi, karena teknologinya masih  boros energi, Belanda membangun PLTA di Dago, PLTU di Dayeuh kolot, dan  PLTA di Pangalengan, lengkap dengan jaringan distribusinya hanya untuk memenuhi kebutuhan si pemancar ! Pemancar ini antara lain masih menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik (Poulsen) untuk membangkitkan ribuan kilowat gelombang radio dengan panjang gelombang 20 km s/d 7,5 km.
Perjalanan ke atas sedikit dari daerah sisa-sisa puing radio Malabar terdapat kolam Cinta, konon jika cuci muka atau berendam di kolam ini akan membuat hubungan langgeng dengan pasangannya. Kolam ini merupakan sisa sejarah Gunung Puntang yang masih utuh tersisa. Kolam ini berbentuk hati, mungkin ini salah satu sebab kolam itu diberi nama kolam cinta.
Perjalanan kemudian dilanjutkan naik ke atas gunung dengan tujuan mencapai curug Siliwangi. Jalanan dengan medan yang cukup susah dilewati. Perjalanan melewati hutan dan menelusuri sungai Cigeureuh dengan bongkah-bongkah batuan yang mempersulit untuk melewati jalannya, sungai juga lumayan deras dan beberapa batu pijakan licin. Inilah karakteristik sungai muda, lembah yang terjal dengan bebatuan di sekitarnya, sehingga sulit untuk dilewati.
Kami menargetkan jam 1 siang sudah sampai di curug Siliwangi, untuk menuju curug siliwangi memerlukan waktu 2 jam dengan kecepatan normal dan tidak tersesat tentunya. Namun apa daya jalan menuju kesana tak kami temui, akhirnya sampai jam 1 siang kami tetap menelusuri sungai Cigeureuh tanpa petunjuk keberadaan curug Siliwangi. Akhirnya kami makan siang saat itu sambil duduk-duduk di Bongkah batuan Sungai Cigeureuh.
Batuan di sungai Sungai Cigeureuh merupakan bongkah batuan beku yang merupakan longsoran  dari tebing-tebingnya. Tebing dan sungai yang jernih dengan bebatuan di Sungai memiliki daya tarik tersendiri dari sungai di gunung Puntang ini selain cerita sejarahnya yang mengagumkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar