Lempeng tektonik merupakan bagian bumi pecahan-pecahan
dari kerak bumi yang bersifat keras, dan rapuh, dengan batas yang tidak
beraturan. Di bumi terdapat lempeng-lempeng dengan berbagai ukuran dan
ketebalan yang juga berbeda dari 5 km sampai 200 km.
Secara garis besar lempeng ini dibagi menjadi dua jenis
yaitu kerak benua dan kerak samudra. Lempeng samudra disusun oleh batuan
basaltik sehingga memiliki massa jenis yang lebih besar daripada lempeng benua
yang disusun oleh batuan granitik. Sebagai penyeimbang densitas yang berbeda,
ketebalan dari kedua lempeng ini juga berbeda. Karena kerak benua lebih ringan
maka untuk menyeimbangkan kerak benua memiliki ketebalan yang lebih tinggi dari
pada kerak samudra yaitu sekitar 100 km (ketebalan rata-rata kerak benua),
sedangkan kerak samudra hanya memiliki ketebalan sampai 5 km.
Batas antara lempeng ini tidak begitu jelas terlihat dan
kebanyakan berada di bawah permukaan laut. Aktivitas vulkanik dan pusat-pusat
gempa terkonsentrasi di sekiar batas pertemuan antar lempeng ini.
Lempeng-lempeng ini diduga telah berkembang sejak awal pembentukan bumi sekitar
4,6 milyar tahun yang lalu.
Ada banyak
proses yang terjadi pada kerak bumi dengan adanya lempeng tektonik ini.
Lempeng-lempeng ini bergerak, ada yang saling menjauh dan ada yang saling
mendekat. Ketika lempeng bergerak saling menjauh maka laut yang memisahkan
kedua lempeng tersebut tentu akan menjadi semakin luas. Hal ini dapat terjadi
ketika lantai samudra meluas.
Dulu
orang-orang beranggapan bahwa lantai samudra datar, dengan berkembangnya
teknologi akhirnya pada abad ke 19 dengan alat echo-sounder diketahui bahwa
lantai samudra jauh lebih kasar daripada apa yang dibayangkan sebelumnya.
Dengan pengukuran echo-sounding jelas didemonstrasikan kemenerusan dan
kekerasan dari deretan gunung bawah laut di Atlantik tengah yang kemudian
disebut Mid-Atlantic Ridge.
Pada
tahun 1947 seorang ahli seismologi Amerika Serikat menemukan bahwa lapisan
batuan sedimen di lantai samudra Atlantik sangat tipis. Para ilmuan yakin bahwa
samudra sudah ada sejak 4 milyar tahun yang lalu, dengan waktu pengendapan yang
demikian lama seharusnya lapisan sedimen sangat tebal, tapi kenyataannya
bertolak belakang dengan apa yang dibayangkan. Hal inilah yang akhirnya menjadi
bukti vital dalam mempercepat pengembangan konsep lempeng tektonik.
Dengan
berbagai penelitian lebih lanjut kemudian ditemukan banyak lokasi deretan
gunung bawah laut yang ternya deretan gunung bawah laut tersebut mengelilingi
bumi.
Pada
tahun 1950-an para ilmuan menggunakan peralatan megneti untuk mengetahui
keadaan lantai samudra. Pada saat itu mulai ditemukan keanehan pada susuanan
medan magnet pada batuan yang ada di dasar lantai samudra. Batuan pada dasar
lantai samudra mengandung mineral megnetit yang memiliki medan magnet cukup
besar. Ditemukannya variasi magnet pada lantai samudra menyebabkan suatu makna
baru dalam penelitian lantai samudra.
Berdasarkan
sifat kemagnetannya batuan di bumi dibagi menjadi dua yaitu batuan dengan kutub
magnet normal (normal polarity) dan kutub magnet berlawanan (reverse polarity).
Batuan normal polarity memiliki mineral magnetit dengan muatan kutub sama
dengan muatan kutub magnet bumi sekarang sedangkan batuan dengan reverse
polarity memiliki muatan kutub yang berlawanan dengan muatan kutub magnet bumi
saat ini.
Mineral
magnetit pada batuan seperti magnet kecil yang dapat menyusun dirinya sesuai
dengan medan magnet bumi. Sehingga pada
saat magma membeku susunan orientasi dari mineral megnetit terkunci sesuai
medan magnet bumi saat pembekuan magma, sehingga pada batuan terekam arah
orientasi medan magnet bumi masa pembentukan batuan beku tersebut.
Pola orientasi batuan normal polarity dan reverse
polarity membentuk pola selang-seling yang sejajar dengan pematang tengah
samudra dan simetris diantara pematang tengah samudra.
Untuk menjelaskan perselingan medan magnet bumi yang
terekam pada batuan. Ilmuan mulai mengembangkan teori kalau lempeng samudra
memilikih bagian lemah yaitu pada pematang tengah samudra, bagian lemah ini
didesak oleh magma basal dibawah lempeng sehingga magma yang keluar melalui
sisi lemah ini membeku dan membentuk lempeng samudra baru. Proses ini kemudian
dikenal dengan nama pemekaran samudra. Proses ini didukung oleh beberapa bukti
yaitu :
1.
Umur batuan yang
berada pada pematang tengah samudra berumur lebih muda dan semakin tua menjauhi
pematang tengah samudra.
2.
Kutub magnet yang
terekam pada batuan menunjukkan perselingan yang sejajar dengan pematang tengah
samudra dan simetris.
3.
Kutub magnet batuan
pada batuan di pematang tengah samudra selalu menunjukkan kutub magnet yang
sesuai dengan medan magnet bumi yang ada sekarang.
Teori ini mendukung perkembangan dari teori lempeng
tektonik dan lempeng samudra menjadi perekam dari perulangan medan magnet bumi.
Jika lantai samudra meluas akibat adanya pemekaran
samudra maka seharusnya bumi ini membesar, tetapi hal ini tidak mungkin terjadi
karena tidak ada penambahan massa yang menyebabkan bumi dapat membesar. Ketika
lantai samudra meluas dan ukuran bumi tetap maka pasti ada belahan bumi lain
yang menyusut atau mengecil. Karena hal inilah akhirnya dikenal ada 3 batas
lempeng yaitu batas konverge, batas divergen, dan batas transform.
Batas divergen merupakan batas dimana dua lempeng saling
memisah atau bergerak berlawanan arah. Batas ini berada pada sepanjang pematang
tengah samudra yaitu pada zona pemekaran samudra.
Batas konvergen merupakan batas pertemuan lempeng dimana
kedua lempeng relatif semakin mendekat. Karena ada batas inilah sehingga bumi
tetap berada dalam keadaan seimbang dengan adanya pemekaran samudra. Pada batas
ini dapat terjadi dua hal yaitu pada pertemuan lempeng ada salah satu lempeng
masuk di bawah lempeng lainnya, biasanya terjadi pada pertemuan antara lempeng
samudra dan lempeng benua. Karena lempeng samudra lebih berat maka akan masuk
ke bawah lempeng benua yang lebih ringan. Daerah dimana salah satu lempeng
masuk di bawah lempeng yang lainnya disebut zona subduksi.
Pada batas konvergen juga bisa terjadi tumbukan anatara
dua lempeng yang disebut collision dimana dua lempeng ini tidak ada yang masuk
ke bawah yang lainnya tetapi keduanya saling bertabrakan dan membentuk
morfologi pegunungan tinggi seperti Himalaya.
Zona subduksi antara lempeng benua dan lempeng samudra
akan membentuk deretan gunung api seperti pengunungan yang terbentuk di pulau
jawa yang juga merupakan hasil subduksi lempeng Eurasia dan Australia. Selain
membentuk gunung api, zona subduksi juga merupakan daerah pusat-pusat gempa
besar yang terjadi di dunia.
Konvergen antara lempeng samudra-samudra juga biasanya
membentuk zona subduksi dimana salah satu lempeng berada dibawah yang lainnya,
proses ini akan membentuk palung, seperti palung Mariana. Subduksi antara dua
lempeng ini juga biasanya membentuk deret gunung api, debris vulkanik dan
erupsi lava akan menumpuk dan menyebabkan gunung api bawah laut muncul ke atas
permukaan laut yang membentuk deretan gunung api yang disebut busur kepulauan
gunung api yang biasanya sejajar palung.
Subduksi anatara lempeng benua dan benua tidak membentuk
gunung api, tetapi akan membentuk pengunungan tang tinggi. Hal ini terjadi
karena kedua lempeng sama-sama ringan sehingga ketika tumbukan terjadi gaya
dari samping menekan lempeng keatas dan membentuk pegunungan yang tinggi. Hal
inilah yang terjadi pada Himalaya yang merupakan zona tumbukan antara lempeng
Eurasia dan lempeng India.
Batas lempeng yang ketiga yaitu batas transform, batas
ini merupakan batas dimana lempeng bergerak menyamping satu sama lain. Batas
ini umumnya ditemukan di dasar samudra, batas ini biasanya menyeimbangkan
pemekaran aktif dari lantai samudra dan biasanya ditentukan dengan adanya gempa
dangkal.
Batas transform dari lempeng yang ada di darat contohnya
adalah zona sesar Andreas yang ada di California dengan panjang 1300 km dan
lebar sampai 10 km.
Tidak semua batas lempeng dapat ditentukan secara
sederhana seperti diatas karena batas lempeng yang tidak beraturan dan vektor
gaya pergerakan lempang juga tidah beratura, sehingga ada batas-batas lempeng
tidak dapat ditentukan seperti batas-batas diatas.
Lempeng-lempeng yang ada bergerak dengan kecepatan yang
bervariasi, dari 2,5 cm/tahun sampai 15 cm/tahun. Kecepatan pergerakan lempeng
ini diukur dari selang-seling kutub magnet yang ada pada batuan di tengah
samudra. Jika waktu perseliangan antara kedua kutub magnet tersebut diketahui
maka dapat dikalkulasikan kecepatan gerak dari lempeng.
Pergerakan dari lempeng-lempeng yang ada di bumi
disebabkan oleh aliran lapisan mantel bumi yang bersifat plastis, panas yang
berasal dari inti bumi memanasi matel dan membuat mantel mengalir secara
konveksi. Aliran inilah yang menyebabkan kerak mengalami pemekaran di tengah
samudra dan mengalami subduksi di bagian lainnya.
Proses-proses inilah yang terjadi pada lempeng tektonik
sehingga mengalami pergarakan secara perlahan-lahan dan terus berlanjut sampai
sekarang.
Dari sekian banyak teori yang ada dan fakta-fakta yang mendukungnya
sekarang dapat diyakini kalau teori lempeng tektonik benar adanya, hal ini
ditunjukkan dengan bukti-bukti yang sangat mendukung. Seperti pola kutub magnet
yang beselang-seling pada batuan di samudra dan sejajar dengan pematang tengah
samudra, umur batuan yang semakin tua jika semakin menjauhi pematang tengah
samudra, kutub magnet pada batuan yang ada di pematang tengah samudra memiliki
kutub magnet yang sama dengan bumi saat ini. Hal ini jelas menujukkan kebenaran
teori pemekaran samudra.
Lempeng-lempeng
dulu pernah menjadi satu daratan yang disebut Pangea yang dibuktikan dengan
kesamaan garis pantai pada lempeng-lempeng tektonik. Adanya penemuan fosil
binatang yang sama pada benua yang letaknya berjauhan pada saat ini. Binatang
ini tidak mungkin bermigrasi sejauh itu pada zaman dahulu, hal yang mungkin
terjadi untuk menjelaskan hal ini adalah benua-benua tersebut pernah menjadi
satu daratan.
Dengan adanya teori ini banyak fenomena alam yang awalnya
tidak diketahui penjelasannya akhirnya dapat dijelaskan dengan baik. Seperti
Gempa, kenapa gempa terpusan pada suatu zona tertentu. Hal ini awalnya tidak
ada yang dapat menjelaskannya. Setelah teori ini dikemukakan, sedikit demi
sedikit peristiwa gempa bumi dapat dijelaskan asal kejadiannya dan pola pusat
gempa yang kebanyakan berada pada batas pertemuan dua lempeng.
Gunung
api sangat erat kaitannya dengan teori tektonik lempeng, bagaiamana menelaskan
adanya deratan gunung api seperti “the rings of fire” bisa terbentuk. Deratan
gunung api bisa terbentuk karena magma yang terbentuk pada zona subduksi
menerobos keluar dan membentuk gunung-gunung api pada daerah subduksinya.
Deratan gunung api sejajar dengan palung yang merupakan ciri adanya subduksi
pada daerah tersebut.
Sumber :
W. Jacquelyne Kious & Robert I. Tilling. 2008. This Dynamic Earth : The Story of Plate Tectonics. U.S. Geological Survey : United States of America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar